Landasan
Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau
dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh
konsep-konsep tertentu. Sejarah mencakup segala kejadian dalam ala mini,
termasuk hal –hal yang dikembangkan oleh budi daya manusia. Demikianlah ada
sejarah candi, sejarah fosil, sejarah batu – batuan, sejarah perkembangan benua
dan pulau, sejarah politik, sejarah suatu Negara, sejarah ilmu, sejarah
pendidikan, dan sebagainya.
Sejarah penuh dengan informasi - informasi yang mengandung kejadian, model,
konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya. Informasi –
informasi yang lampau ini terutama yang bersifat kebudayaan pada umumnya berisi
konsep, praktik, dan hasil yang diperoleh. Sejarah tentang candi Borobudur
misalnya mengandung konsep tentang cara membuat candi itu, tujuan yang ingin
dicapai, proses pembuatannya, dan hasil yang bias dinikmati sampai saat ini.
Informasi – informasi tersebut di
atas merupakan warisan generasi muda dan generasi pendahulunya yang tidak
ternilai harganya. Generasi muda banyak belajar dari informasi ini. Belajar dalam
arti memanfaatkan informasi ini dalam upaya memajukan diri. Bukan belajar hanya
menerima dan bertahan dalam kebudayaan itu, melainkan kebudayaan itu dijadikan
landasan dan bahan perbandingan untuk maju.
Setiap bidang kegiatan yang dikejar
oleh manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan juga dengan bagaimana keadaan
bidang itu pada masa lampau. Apakah bidang itu dahulu sudah baik atau maju,
apakah baru dalam fase mulai, ataukah sudah lama dikerjakan tetapihasilnya
belum memuaskan, bagaimana konsep dan praktiknya ? jawaban dari pertanyan –
pertanyaan tersebut di atas memberi dasar orang – orang bersangkutan untuk
bertindak lebih lanjut dalam bidang itu. Demikian juga dalam bidang pendidikan,
para ahli pendidikan sebelum menangani bidang itu, terlebih dahulu mereka
memeriksa sejarah tentang pendidikan baik yang bersifat nasional maupun internasional.
Dengan cara ini mereka tahu apa yang sudah dikerjakan oleh bangsanya dan hasil
yang diperoleh, mereka juga bias memeriksa apakah sudah cocok dengan
keadaan/tujuan pendidikan sekarang. Sebagai bahan tambahan, mereka juga mencari
informasi pada sejarah pendidikan dunia.
A. Sejarah
Pendidikan Dunia (dari diktat Pribadi)
Umur sejarah pendidikan dunia
sudah panjangan sekali. Mulai dari zaman Hellenisme tahun 150SM – 500, ke zaman
pertengahan tahun 500 – 1500, zaman
Hellenisme atau Renaissance serta zaman Reformasi dan Kontra Reformasi pada
Tahun 1600an. Pendidikan pada zaman ini belum banyak memberikan kontribusinya
pada pendidikan zaman sekarang. Oleh sebab itu , pendidikan yang terjadi pada
zaman ini tidak diuraikan.
Pendidikan yang mulai menunjukkan
perbedaan eksistensinya dengan pendidikan – pendidikan sebelumnya adalah sejak
zaman Realisme. Bila pendidikan-pendidikan sebelumnya masih banyak berkiblat
pada dunia ide, dunia surge, atau akhirat, maka pada zaman Realisme, pendidikan
diarahkan pada kehidupan dunia dan bersumber dari keadaan didunia pula.
Gerakan ini didorong oleh
berkembangnya ilmu – ilmu pengetahuan alam, seperti penemuan – penemuan baru
dalam ilmu pengetahuan alam, seperti penemuan – penemuan baru dalam ilmu falak
tentang planet – planet dan bumi mengitari matahari serta penemuan – penemuan daerah
baru dalam mengelilingi dunia. Orang – orang mulai mengarahka perhatiannya pada
alam tempat mereka hidup dan menjalani kehidupan ini. Mereka kurang percaya
pada metode deduktif, yaitu bertitik tolak dari ketentuan umum yang tertulis
dalam buku kebudayaan klasik menuju ke gejala – gejala yang ada di alam ini. Gejala
tidak dijelaskan lewat buku klasik, melainkan mereka selidiki sendiri dan
tafsirkan sendiri maknanya, sebagai zaman kebangkitan ilmu.
Francis Bacon adalah tokoh
pendidikan pada zaman Realisme ini (abad ke-17) yang pertama mengembangkan
metode induktif. Pendapat Bacon adalah sebagai berikut :
1. Dalam menemukan dan mengembangkan
pengetahuan, pandangan harus diarahkan kepada realita ala mini serta hal – hal praktis
yang ada di dalamnya.
2. Alam lingkungan adalah sumber
pengetahuan yang bias didapat lewat alat – alat indra.
3. Menggunakan metode berpikir
induktif, yaitu mulai dari menemukan fakta – fakta khusus kemudian dianalisis
sehingga menimpulkan simpulan.
4. Bila memungkinkan dapat
mengembangkan pengetahuan dengan eksperimen – eksperimen.
5. Penggunaan bahasa daerah lebih
diutamakan.
Ada sejumlah prinsip pendidikan
yang berkembang pada waktu itu, yang dirumuskan oleh Bacon beserta pengikutnya,
yaitu.
1. Pendidikan lebih dihargai
daripada pengajran sebab mengembangkan semua kemampuan manusia.
2. Pendidikan harus menekankan aktivitas
sendiri.
3. Penamaan pengertian lebih penting
daripada hafalan.
4. Pelajaran disesuaikan dengan
perkembangan anak.
5. Pelajaran harus diberikan satu
per satu.
6. Pengetahuan diperoleh dengan
metode induksi.
7. Semua anak harus mendapatkan
kesempatan yang sama untuk belajar.
Tokoh Realisme yang lain adalah
Johann Amos Comenius. Tokoh ini terkenal karena bukunya:
1. Janua
Linguarum Reserata atau
Pintu Terbuka bagi bahasa, Tahun
1631.
2. Didactica
Magna atau Buku Didaktik yang besar, Tahun 1632.
3. Orbis
Pictus atau Gambar Dunia, Tahun 1651.
Buku yang pertama adalah buku
pelajaran bahasa, yaitu cara untuk memudahkan, mempelajari bahasa latin, dengan
jalan menuliskan bahasa latin pada sebelah kiri dan bahasa daerahnya disebelah
kanan. Dengan cara ini, anak – anak diharapkan lebih mudah belajar bahasa latin
sebab terjemahannya sudah tersedia di sebelah kanan.
Buku pelajaran bahasa ini
kemudian disempurnakan dengan memasukkan gambar – gambar ke dalamnya, yang
dikenal denganbuku Orbis Pictus. Setiap kata atau angka dilengkapi dengan
gambar sehingga ada asosiasi antara arti kata atau angka itu dengan gambar.
Begitu pula antara kalimat dengan
gambar. Dengan cara ni anak – anak menjadi lebih mudah mempelajari bahasa Latin
itu. Disamping itu Comenius juga mengharapkan cara ini dapat mendorong anak –
anak lebih aktif belajar. Buku ini merupakan sumber pengajaran dengan alat
peraga.
Sementara itu buku Didactica Magna merupakan buku yang buku
yang menceritakan tentang didaktik atau cara mengajar. Comenius menghendaki
metode yang sesuai dengan perkembangan alamiah atau hukum – hokum alam, dengan
cara:
1. Belajar melalui peragaan atau
cara sendiri di alam terbuka dengan observasi atau penelitian sehingga anak –
anak akan mendpat jawaban dari lam itu sendiri.
2. Pelajaran harus maju selangkah
demi selangkah, dan yang mudah ke yang sukar.
3. Ekspresi dengan kata merupakan
hal yang penting untuk mengetahui apa yang telah mereka pahami.
Dari uraian di atas dapat
disarikan bahwa aliran Realis memiliki pandangan tentang pendidikan sebagai
berikut :
1. Anak – anak harus belajar dari
alam.
2. Belajar dengan metode induktif.
3. Mementingkan aktivitas anak.
4. Mengutamakan pengertian.
5. Ekspresi kata untuk menyatakan
pengertian menjadi penting.
6. Belajar melalui bahasa ibu.
7. Belajar dibantu oleh gambar –
gambar.
8. Materi dipelajari satu demi satu
dari yang gampang ke yang sukar.
9. Pelajaran disesuaikan dengan
perkembangan anak.
10. Pendidikan bersifat demokratis
yaiut untuk semua anak.
11. Pendidikan bersiat demokratis
yaitu untuk semua anak.
Sesudah zaman Realisme
berkembanglah paham Rasionalisme dengan tokohnya John Locke pada abad ke- 18. Aliran
ini bertujuan memberikan kekuasaan bagi manusia untuk berfikir sendiri dan
bertindak untuk dirinya. Karena itu latihan – latihan sangat diperlukan untuk
memperkuat akal atau rasio.aliran ini juga disebut disiplinarianisme. Keyakinan mereka adalah akal merupakan sumber
pengetahuan atau pengetahuan adalah sebagai hasil pengolahan akal. Paham ini
muncul karena masyarakat dengan akalnya dapat menumbangkan kekuasaan raja
Prancis yang absolute.
Proses belajar menurut John Locke
ada tiga langkah, yaitu :
1. Mengamati hal – hal yang ada
diluar diri manusia.
2. Mengingat apa yang telah diamati
dan dihafalkan.
3. Berfikir, yaiut mengolah bahan –
bahan yang telah diperoleh tadi, ditimbang – timbang untuk diri sendiri.
Dengan materi pelajaran terutama
bahasa Latin dan Ilmu pasti untuk melatih pikiran.
Selanjutnya pada abad ke- 18 ini
muncul pula aliran baru yaitu Naturalis sebagai reaksi terhadap aliran
Rasionalis. Tokohnya adalah J.J Rousseau. Naturalism menentang kehidupan yang
tidak wajar sebagai akibat dari Rasionalisme, seperti gaya hidup yang diperhalus,
cara hidup yang di buat – buat, sampai dengan korupsi. Anak – anak dianggap
sebagai orang dewasa kecil. Naturalism menginginkan keseimbangan antara
kekuatan rasio dengan hati.
Dalam pembaruan pendidikan Rousseau
menulis buku dengan jdul Emile. Pada wal
buku ini dituliskan kalimat inti dari maksud bukunya yaitu: segala sesuatu
adalah baik ketika ia baru keluar dari alam; dan segala sesuatu menjadi jelek
manakala ia sudah berada di tangan manusia. Rousseau ingin kembali ke alam yang
wajar, pendidikan alam, alamlah yang menjadi guru.
Emile adalah nama anak yang
diperankan dalam buku itu, terdiri dari lima buku, yaitu :
1. Buku I tentang pendidikan anak
baru lahir sampai dengan umur 2 tahun. Yang ditekankan adalah perkembangan
tubuh dan alat – alat indra.
2. Buku II tentang pendidikan anak
umur 2 tahun sampai dengan 12 tahun yang mengutamakan perkembangan alat – alat indra.
3. Buku III tentang pendidikan anak
umur 12 tahun sampai dengan 15 tahun yang mengutamakan perkembangan intelek.
4. Buku IV tentang pendidikan anak
umur 15 tahun sampai dengan 20 tahun yang mengutamakan pendidikan watak dan
agama.
5. Buku V bercerita tentang Sophia
calon istri Emile adalah pendidikan wanita dan kesusilaan.
ssegitu aja deh dulu ,,, cape ngetik soal'a -,- wkwkw
moga berguna :))
ssegitu aja deh dulu ,,, cape ngetik soal'a -,- wkwkw
moga berguna :))
No comments:
Post a Comment